Sunday, February 01, 2009

Daie dan ‘manjalisme’?

‘Manjalisme’ adalah virus yang menyerang sesetengah Daie masa kini, masa lalu dan akan datang. Sikap atau virus merbahaya ini akan menyerang mana-mana para aktivis dakwah yang tidak mahu mencegahnya. Apa yang nyata, Daie sebagai manusia tidak dapat lari dari kelemahan. Iman senantiasa turun dan naik. Kadangkala semangat memuncak, kadangkala merudum. Ketika ini syaitan mula memainkan peranan mereka.



Antara tanda-tanda daie yg terkena virus ‘manjalisme’



-Tidak tahan ujian

-Cepat putus asa

-Banyak mengeluh

-Tidak percaya kebolehan diri

-Mengharapkan suasana lapangan tarbiyyah yang selalu selesa

-Tidak mahu dirinya ditegur dan diperbetul,mudah sensitif atas teguran

-Tidak melawan rasa malas yang membelenggu diri

-Memberi 1001 alasan atas amanah yang diberikan

-Tidak melaksanakan amanah atas alasan tidak mampu

-Tidak biasa meletakan diri dalam suasana kekangan dan tekanan dari segi mental dan fizikal

-Terlalu mengharapkan bantuan orang lain

-Dan lain-lain



Tanda-tanda yang sudah saya senaraikan di atas adalah antara tanda-tanda daie yang terkena virus ‘manjalisme’. Saya juga tidak terlepas dengan sikap-sikap di atas. Ya, kita sebagai manusia. Daie juga adalah manusia,Murobbi juga adalah manusia. Namun Daie bukan sekadar manusia yang hidup tanpa matlamat yang jelas. Daie yang mempunyai kefahaman meletakkan hanya 2 matlamat hidupnya. Hamba dan khalifah.



Saya tidak menyalahkan diri sang daie jika ada antara mereka terkena virus ‘manjalisme’ kerana manusia tidak semuanya sempurna, di sana pasti ada kelemahan. Tetapi bukan bermakna Daie hanya membiarkan tanda-tanda di atas menular dalam dirinya. Mencegah adalah lebih baik. Jika sudah menular, nescaya ia akan merebak dan virus tersebut menjadikan kondisi seorang daie di tahap yang kritikal.



Kita lihat satu contoh yang memaparkan kepada kita bahawa virus di atas mampu ita cegah.

Marilah kita telusuri perjalanan dakwah Abdul Fattah Abu Ismail, salah seorang murid Imam Hasan Al Banna yang selalu menjalankan tugas dakwahnya tanpa keluhan sedikitpun. Dialah yang disebutkan Hasan Al Banna orang yang sepulang dari tempatnya bekerja sudah berada di kota lain untuk memberikan ceramah kemudian berpindah tempat lagi untuk mengisi pengajian dari waktu ke waktu secara maraton. Ia selalu berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain untuk menunaikan amanah dakwah. Sesudah menunaikan tugas dengan sebaik-baiknya, ia merupakan orang yang pertama kali datang ke tempatnya bekerja. Malah, ia yang membukakan pintu gerbangnya.

Pernah ia mengalami keletihan hingga tertidur di sofa rumah Zainab Al-Ghazali. Melihat kondisi tubuhnya yang lelah dan penat itu, tuan rumah membiarkan tamunya tertidur sampai bangun. Setelah menyampaikan amanah untuk Zainab Al Ghazali, Abdul Fattah Abu Ismail pamit untuk ke kota lainnya. Karena keletihan yang dialaminya, Zainab Al Ghazali memberikan ongkos untuk naik taksi. Abdul Fattah Abu Ismail mengembalikannya sambil mengatakan, “Dakwah ini tidak akan dapat dipikul oleh orang-orang yang manja.” Zainab pun menjawab, “Saya sering ke mana-mana dengan taksi dan mobil-mobil mewah, tapi saya tetap dapat memikul dakwah ini dan saya pun tidak menjadi orang yang manja terhadap dakwah. Karena itu, pakailah ongkos ini, tubuhmu letih dan engkau memerlukan istirahat sejenak.” Ia pun menjawab, “Berbahagialah ibu. Ibu telah berhasil menghadapi ujian Allah swt. berupa kenikmatan-kenikmatan itu. Namun, saya khawatir saya tidak dapat menghadapinya sebagaimana sikap ibu. Terima kasih atas kebaikan ibu. Biarlah saya naik kendaraan umum saja.”

Itulah contoh orang yang telah membuktikan kesetiaannya pada dakwah lantaran keyakinannya terhadap janji-janji Allah swt. Janji yang tidak akan pernah dimungkiri sedikit pun. Allah swt. telah banyak memberikan janji-Nya pada orang-orang yang beriman yang setia pada jalan dakwah berupa berbagai anugerah-Nya.



Bila kita memandang kehidupan generasi pilihan, kita akan temukan kisah-kisah bagus yang telah menyuburkan dakwah ini. Muncullah pertanyaan besar yang harus kita tujukan pada diri kita saat ini. Apakah kita dapat menyemai dakwah ini menjadi subur dengan perjuangan yang kita lakukan sekarang ini ataukah kita akan menjadi generasi yang hilang dalam sejarah dakwah ini.



Ingat, dakwah ini tidak akan pernah dapat dipikul oleh orang-orang yang manja. Tribulasi perjuangan dakwah Islam merupakan kenderaan yang akan menghantar kita kepada kejayaan. Semoga Allah menghimpun kita dalam kebaikan. Wallahu’alam.



“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu. Tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka, mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah, “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersama-samamu.” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.” Attaubah ; 42



Masturah Abu Bakar



2 comments:

AiMaN said...

Alhamdulillah...
di sini ana mendapat 1 kesedaran utk diri ana y telah lama hanyut di buai duniawi..
ana telah alpa pada janji² ana selama ini..

teruskan dakwah anta..

geniusdaily said...

da'e ialah manusia berjiwa kental dan harus baginya utk bersifat manja..manja pada rahmah ALLAH