Warkah buat sahabat

Sahabat, sejauhmana pun indah persahabatan kita, dunia ini tetap hanya pinjaman. Sahabat itu hadir, menyinari, kemudian pabila tiba masanya dia tetap pergi.


Benarlah sabda junjungan, supaya kita mencintai sesuatu sekadarnya kerana suatu hari nanti kita akan membencinya.

Terkadang pahit rasanya. Kini, segalanya berbeza. Kita bersama hanya dalam keadaan fizikal. Tetapi 'jiwa' dan 'roh' kebersamaan yang sebenar itu sudah hilang. Aku juga tertanya-tanya mengapa. Mungkin ini ujian Allah buat persahabatan kita. Syaitan juga giat menambah perencah-perencah mazmumah. Sangka buruk, tidak puas hati, amarah, benci, kecewa, terluka, sakit hati. Allah, bertambahlah retak hubungan kita.


Namun, apalah lagi nikmat yang membuatkanku aku terlalu bersyukur selain hadiah 'persahabatan' yang Allah kurniakan ini..

Sahabat, demi Zat yang jiwaku berada dalam tanganNya. Kalianlah yang mengingatkanku kepada pencipta, kalianlah yang mengingatkanku tentang pahala dan dosa, kalianlah yang membantuku menjaga ibadahku, kalianlah yang membantuku mencintai Tuhan lebih daripada segalanya, kalianlah yang mengingatkanku selalu supaya aku menyerahkan pergantunganku segalanya kepadaNya, kalianlah yang mengingatkanku bahawa aku ini seorang hamba.

Sahabat, demi Allah yang kehidupanku berada dalam genggamanNya. Kalianlah yang mengajarku tentang indahnya persahabatan, kalianlah yang memimpin tanganku tika aku bertatih melalui denai perjuangan, kalianlah yang mengajarkanku untuk memenuhi masaku dengan beribadah kepadaNya.

Aku lebih redha jika yang tinggal bersamaku hanya kenangan kita. Kerana jika saat ini kalian bersamaku, saat akan datang kalian akan pergi juga. Tika itu sudah tentu aku menangisi kehilangan kalian dengan tangisan air mata. Tahukah kalian bahawa perpisahan itu memeritkan?

Tidak mengapalah jika kalian hanya tinggalkan bersamaku kenangan kita. Agar jika aku rindu, akan kusingkap semua layar kenangan yang telah kita cipta.

Aku ingin sekali menatap wajah kalian seperti dulu, rindu semangat kalian, rindu tawa kalian, rindu tangis kalian, rindu senyum kalian.

Aku rindu kemesraan kita, berkongsi suka dan duka, bersama bercerita tentang hati dan masalah kehidupan, bersama membincangkan persoalan ummat dan generasi, rindu muhasabah kita, rindu rehlah kita, rindu untuk makan bersama, rindu segalanya.

Sahabat, terima kasih atas 'kenangan' yang kalian berikan. Sekurang-kurangnya walau kalian tiada di sisi, namun 'pelangi' dan 'matahari' yang kalian hadiahkan ini mampu buatkan aku tersenyum dalam kepahitan mengharungi perjuangan.

Sahabat, terima kasih atas untaian doa yang kalian kalungkan. Walau tidak ada lagi tangan yang mengusapkan tangisan, bahu yang meringankan beban, senyuman yang meredakan kegelisahan, tawa yang mententeramkan, kata-kata semangat yang mententeramkan. Tidak mengapalah. Bukan itu hakikatnya harapan persahabatan. Hanya doa kalian yang menjadi penguatku, walau kita tidak seperti dulu.

Sahabat, berdoalah agar kita bisa bersama-sama berteduh di bawah naungan yang Maha Esa. Kerana Kekasih Agung Kita, Rasulullah s.a.w sudah menjanjikan. 'Dua orang yang bertemu dan berpisah kerana Allah' akan bisa berteduh di bawah naunganNya.

Kalian tetap dalam hati, selamanya.

With deep of my heart

Layyinulharir

Pimpinan jangan ambil mudah

Pimpinan jangan ambil mudah soal kobarkan semangat

"Ahli kita tak ada semangat.."


"Ahli kita lemah, tak ada motivasi.."


"Buat apa kita bagi semangat kalau prestasi kerja tetap sama?"


Mungkin kita selalu mendengar dialog-dialog di atas. Tidak kira sama ada 'ahli' tersebut adalah ahli sesebuah organisasi, persatuan, syarikat, harakah Islamiyah (gerakan Islam) atau parti politik. Ia merupakan suatu kelaziman.




Ahli adalah manusia


Saya selalu mempersoalkan, ahli itu siapa sebenarnya? Apakah ahli itu adalah sebuah bas yang boleh kita timpakan dengan muatan yang terhad (sekitar 40 muatan sahaja) atau ahli adalah sebuah lori balak yang boleh kita bebankan dengan bebanan yang berat?


Jika ahli adalah sebuah bas atau lori balak pun, sudah menjadi fitrah apabila tiba tahap 'kritikal', ia akan meminta untuk diisi. Ya, bas atau lori balak juga perlukan minyak untuk meneruskan perjalanan. Inikan pula manusia.


Ahli adalah manusia. Manusia yang perlu diisi akalnya, spiritualnya, fizikalnya, rohnya. Justeru jangan biar ia kering kontang dan tandus gersang.




Tanggapan yang salah


"Ahli jamaah tak perlu bagi tasji' (semangat) dah, semua dah ada fikrah, dah faham. Tinggal buat kerja je.."


Saya fikir sudah banyak dialog sedemikian rupa yang saya dengar sepanjang intima' saya bersama gerakan Islam. Bagi pandangan saya, ia adalah suatu tanggapan yang salah.


Seperti yang saya katakan tadi, ahli adalah manusia. 3 aspek utama seseorang manusia adalah akal (mental), hati (spiritual, emosional) dan fizikal. Maka, jika yang ada hanyalah fikrah (mental), tetapi dalam masa yang sama emosi dan spiritual dalam keadaan yang rapuh maka keadaan ini masih lagi belum cukup melahirkan produktiviti yang kompeten.




Hak ahli, tanggungjawab pimpinan

"Adakah patut kamu menyangka bahawa kamu akan masuk syurga, padahal belum sampai kepada kamu (ujian dan cubaan) seperti yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu daripada kamu? Mereka telah ditimpa kepapaan (kemusnahan hartabenda) dan serangan penyakit, serta digoncangkan (oleh ancaman bahaya musuh), sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman yang ada bersamanya: Bilakah (datangnya) pertolongan Allah?" Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat (asalkan kamu bersabar dan berpegang teguh kepada ugama Allah)." (2:214)


Saya petik firman Allah di atas untuk kita sama-sama melihat bagaimana Allah memotivasi Rasul dan orang beriman yang terdahulu. Mereka ini ditimpa ujian yang berat sehingga mereka mempersoal bilakah datangnya pertolongan Allah. Dan Allah memotivasi, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.

Anda tentunya pernah membaca kitab Qiyadah Jundiyah yang ditulis oleh Mustafa Masyhur. Di dalamnya terdapat pelbagai polisi hak ahli, hak pimpinan, tanggungjawab ahli dan tanggungjawab pimpinan.


Maka tugas kobarkan semangat adalah tanggungjawab pimpinan dan sudah semestinya ia adalah hak ahli. Pimpinan jangan ambil mudah hal ini. Hak ahli dan tanggungjawab pimpinan mesti dipenuhi.




Rasulullah s.a.w karakter motivasi agung

"Wahai Nabi, peransangkanlah orang-orang yang beriman itu untuk berperang. Jika ada di antara kamu dua puluh yang sabar, nescaya mereka dapat menewaskan dua ratus orang (dari pihak musuh yang kafir itu); dan jika ada di antara kamu seratus orang, nescaya mereka dapat menewaskan seribu orang dari golongan yang kafir, disebabkan mereka (yang kafir itu) orang-orang yang tidak mengerti." (8:65)


Nah, lihat juga bagaimana Allah menyuruh Nabi Muhammad s.a.w mengobarkan semangat orang-orang mukminin untuk berperang ketika mana mereka lemah melihat kuantiti sof mujahidin yang sedikit. Mereka dijanjikan, jika mereka bersabar maka mereka akan dapat mengalahkan ramai tentera kuffar ketika itu.


Hal ini terjadi dalam perang Badar Al-Kubro. Ketika itu, sof mujahidin hanya berjumlah 313 dan tentera kuffar berlipat kali ganda. Rasulullah juga turut risau, sehingga terpamer dalam tindakan baginda. Lalu para mujahidin dan Rasulullah saling memperkuatkan dengan lontaran ayat-ayat Al-Quran dan kata-kata motivasi.


Kata Saad bin Muadz :


"Saya bicara atas nama orang-orang Ansar dan memberi jawapan berdasarkan sikap mereka. Berangkatlah bersama kami sesuai dengan apa yang engkau kehendaki. Ikatlah tali sesiapapun yang engkau kehendaki dan putuslah ikatan sesiapa sahaja yang engkau kehendaki. Dan ambillah dari harta kekayaan kami yang Engkau kehendaki."


"Dan berikanlah mana sahaja yang Engkau kehendaki. Apa sahaja yang Engkau ambil, nescaya lebih kami sukai daripada yang Engkau tinggalkan. Demi Allah, kalau seandainya Engkau menempuh perjalanan bersama kami hingga ke Barak Al-Ghamad (Kota Habsyah), kami semua akan tetap bersamamu. Dan demi Allah, kalau seandainya Engkau mengajak kami untuk menyeberangi lautan sekalipun pasti kami akan lalui bersamamu."




Tasyji' : jadikan budaya


Lihatlah bagaimana mereka saling memperkuatkan, saling meneguhkan. Rasulullah mengobarkan semangat mereka dengan ayat-ayat Allah. Dan para sahabat meneguhkan spirit mereka dengan lontaran kata-kata jihad.


Budaya ini perlu kita hayati. Budaya ini perlu kita teruskan. Agar spirit dan roh meningkat, dan prestasi a'milin memuncak.


Wallahua'lam.

Masturah Abu Bakar

Petaling Jaya

Dedikasi buat generasi

Patah Tumbuh Hilang Berganti

(dedikasi buat generasi Revival of Caliphate)

Lihatlah ombak menggunung menghempas

Bergulung mengejar

Diri terhempas

Yang lain mengejar

Tetapi terhempas lagi

Sambung menyambung menjangkau pantai

Tak kenal lelah

Tak kenal duka

Kau segara luas

Menjadi ibarat bagiku

Geloramu membuat darahku mendidih

Pahlawanku menyerang

Gugur ditindas

Terbengkalai?

Tidak... Tidak... Tidak...

Kau penjadi titian bagi kami yang tinggal

Kami titi jasadmu bergeleparan

Menuju benteng kemenangan

Kami takkan patah

Kami takkan mundur

Dengan semboyan ALLAHU AKBAR

Patah tumbuh hilang berganti




(Pesta Puisi Patriotik ke 6, 2005)
Syed Hassan Al-Attas
Sumber : di sini

Generasi Hawariyyun

Generasi Hawariyyun ; penolong-penolong agama Allah

1. Firman Allah s.w.t :
   
   "Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada Alhawariyyun (pengikut-pengikutnya yang setia): "Siapakah yang akan menjadi hawariyyun (penolong-penolongku untuk menegakkan agama) Allah?" Alhawariyyun (Pengikut-pengikut yang setia) itu berkata: "Kamilah penolong-penolong agama Allah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang."(Assoff : 14)
   
   
2. Rasulullah saw bersabda,
   
   "Tidak ada seorang nabi pun yang diutus Allah kepada salah satu umat sebelumku, melainkan ia mempunyai hawariyyun dari umatnya, orang-orang yang mengambil sunnahnya dan melaksanakan perintahnya. Kemudian sesudah mereka datanglah generasi-generasi yang berkata apa yang tidak mereka katakan, dan mengerjakan apa yang mereka tidak diperintahkan untuk mengerjakannya. Maka, barangsiapa berjihad melawan mereka dengan tangannya, ia orang Mukmin. Dan barang siapa berjihad melawan mereka dengan hatinya, ia orang Mukmin dan di hati orang tersebut tidak ada iman seberat biji pun." (HR. Muslim)